Recent Posts

Total Tayangan Halaman

◾Menghitung tentang kebutuhan nutrisi pada pakan lele.

 

Kebutuhan Nutrisi pada lele.
Nutrisi (nutrition) untuk ikan adalah kandungan gizi yang dikandung pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan. Apabila pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup, hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktivitas ikan, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan kepada ikan selama dipelihara, tidak. hanya sekadar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus memiliki kandungan gizi yang cukup. jika ikan mengonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah, akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, bahkan pada ikan timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition).

Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan menghambat laju pertumbuhan ikan, proses reproduksi kurang sempurna dan dapat menyebabkan ikan 
menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, kesulitan reproduksi dan warna kulit ikan tidak normal (kusam/suram). 
Kekurangan karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat meyebabkan gondok. kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan Ikan menurun, mata ikan redup, anemia, kullt pucat dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik.
​Selain kandungan nutrisinya lengkap, dalam artian seluruh zat gizi telah dikandung oleh pakan, juga komposisinya harus berimbang. Pakan yang tidak seimbang atau salah satu komponennya berlebihan dapat juga menimbulkan masalah. Kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di hati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan berkurang dan bengkak di sekitar perut. Kelebihan karbohidrat juga dapat menyebabkan penimbunan lemak dl hati dan organ dalam lainnya, rongga perut melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan dan kualitasnya menurun.

Dengan demikian, sebelum membuat pakan, nutrisi yang dibutuhkan ikan perlu diketahui lebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ini di samping tergantung pada spesies ikan, juga pada ukuran atau besamyn ikan serta keadaan lingkungan ikan itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilihat darl komposisi zat gizinya Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan Ikan, antara lain 

  • protein, 
  • lemak, 
  • karbohidrat, 
  • vitamin 
  • dan mineral.  

A. Protein

Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung unsur-unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen) dan N (nitrogen) yang tidak dimliliki  oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor dan sulfur. Protein sangat penting bagi tubuh, karena zat ini mempunyai fungsi sebagai bahan-
bahan dalam tubuh serta sebagai zat pembangun, zat pengatur dan zat pembakar.

Sebagai zat pembangun, protein berfungsi membentuk berbagal jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, maupun bereproduksi. Sebagai zat pengatur, protein berperan dalam pembentukan enzim dan hormon penjaga dan pengatur berbagai proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Sebagai zat pembakar, karena unsur karbon yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan sebagal sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar. Mutu protein sangat ditentukan oleh komponen usam amino penyusunnya. Asam amino ini banyak sekali dan 23 macam diantaranya telah diisolasi, serta yang terpenting diantaranya ada 20 macam.terbagi atas 10 macam asam amlno esensial dan 10 macam asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam Amino yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya Asam amino esensial tidak dapat dibentuk atau tidak dapat disintesis oleh ikan yang bersangkutan. Jadi    ke-10 macam asam amino esensial ini harus tersedia dalam pakan untuk menjamin pertumbuhan ikan dengan baik. Sementara itu, asam amino nonesensial adalah asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh ikan itu sendiri dengan bantuan unsur-unsur lain dalam tubuh ikan tersebut, seperti nitrogen. 

Asam Amino EsensialAsam Amino Non Esensial
Leusin
Metionin
Isoliusin
Triptofan
Valin
Arginin
Treonin
Histidin
Fenilalamin
Lisin
Tirosin
Glisin
Alanin
Aspartis Acid
Glutamis Acid
Kistin
Prolin
Asparagin
Glutamin



Kebutuhan protein (asam amino) tiap-tiap jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein. Ikan gurami ukuran kecil membutuhkan protein yang cukup tinggi. Ikan lele ukuran 0,27g membutuhkan pakan yang mengandung protein 43.39% dan C/P 8 kkal g pakan (Mokoginta. 1995). Sementara lele yang berumur 2 bulan ke atas membutuhkan pakan yang mengandung protein minimal 20%. Namun untuk tumbuh optimal dlbutuhkan pakan yang mengandung protein antara 25%-30%.


Protein yang dlbutuhkan 110m pellharaan erat dengnn tlngkat protein optimum (optimum protein level) dalam pakan lkan tersebut. Janis lkan karnivora membutuhkan tingkat protein yang lebih tlnggl darlpada ikan herbivore. Ikan pada stadia larva membutuhkan protein yang lebih tinggi darlpada lkan dewasa. Di samplng itu, lingkungan perairan juga sangat memengaruhl protein yang dlbutuhkan ikan. Menurut Lovell (1989), tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25% ~ 50%.

Dalam pembuatan pakan ikan, protein merupakan komponen penting, karenanya dalam penyusunan bahan (ramuan) pakan, dengan menghitung kandungan protein pakan, kebutuhan nutrlsi gurami budi daya sudah dapat dipenuhi. Artonya, untuk menyusun bahan (ramuan) pakan buatan bagi ikan budi daya, tidak semua gizi yang dibutuhkan (protein, kerbohidrat, lemak, vitamin dan mineral) diperhitungkan nliainya. Tapi cukup menghitung kebutuhan protein, total energl (kkal /100 g), persen protein. yang dapat dlcerna, dan asam amino (Methionine dan Arginine).


B. Lemak

Lemak dan minyak yang dalam istilah umum disebut lipid merupakan sumber energi paling tinggi dalam pakan ikan. Lemak dan minyak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Dasar perbedaan antara lemak dan mlnyak adalah pada titik cairnya (melting point). Lemak cenderung lebih tinggi titik cairya. molekulnya lebih berat, dan rantai molekulnya lebih panjang, dengan bentuk yang sama sepertl molekul mlnyak.

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar di antara protein dan
karbohidrat. Satu gram lemak dapat menghasllkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak, pospolipid, kolesterol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E dan K. Selain itu, lemak juga berfungsl membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi membran/jaringan (fosfolipida). Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktivltas atau selama periode tanpa makanan.





Asam amino esensial
Titik cair
Minyak ikan 21,8-38,0
Minyak jagunga 17,0-20,0
Minyak biji kapas 34,5
Minyak kelapa 23,0-28,0
Minyak kelapa sawit 24,0-30,0
Minyak kacang tanah 26,0-36,0
Minyak kacang kedelai 26,2-27,5
Lemak sapi 40,0-50,0
Lemak ayam 33,0-40,0
Lemak kelinci 35,0-50,0


Lemak mengandung asam lemak yang diklasifikaslkan sebagai asam lemak Jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan adanya ikatan rangkap atau rantai jamak (poly-unsaturated fatty acids=PUFA) yang lebih banyak seri w3-nya daripada seri w6-nya. Sementara itu, asam lemak jenuh ditandai dengan tidak adanya ikatan rangkap. Sebagaimana pada protein yang diketahui adanya asam amino esensial dan asam amino nonesensial, maka pada lemak pun terdapat asam lemak esensial (ALE), sepertl asam linoleat (18:2n-6), asam lenolenat (18:3n-3), eicosapen taenoat/EPA (20:5n-3), dekosaheksaenoat/DHA (22:6n-3) dan asam arakidonat (arachidonic) yang merupakan asam lemak penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. 
Pakan yang baik mengandung lemak atau minyak antara 4-18% (Hastings, 1976; Djajasewaka, 1985; Chao dan Watanabe, 1985). Dalam pakan buatan, kadar lemak tidak boleh berlebihan. Huisman (1987) menyatakan bahwa kadar lemak yang tlnggi akan menyebabkan pengaruh sampingan yaitu penurunan konsumsi makanan dan pertumbuhan serta degenerasi hati. Sementara Yamada (1983) menjelaskan bahwa kelebihan lemak akan menimbulkan penyakit nutrlsi seperti hati berlemak atau pengendapan lemak pada otot atau usus yang menyebabkan kualitas ikan menurun dan mengurangi bobot tubuh.

Kelebihan lemak pada pakan dapat menimbulkan kerugian pada pakan maupun pada ikan. Walaupun penggunaan lemak berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan, namun kandungan lemak yang berlebihan pada pakan akan memengaruhi mutu pakan, yaitu mudah mengalami oksidasi dan menghasilkan bau tengik. jika ikan terlalu banyak mengonsumsi lemak juga akan mengalami penimbunan lemak pada dinding rongga abdominal dan usus (viscera) sehingga terjadi gejala liver lipid degeneration (LLD). Kerusakan lain akibat kelebihan lemak adalah kerusakan pada ginjal, edema dan anemia yang dapat menimbulkan kematian.

Beberapa number lemak dapat ditambahkan ke dalam pakan ikan sebagai penambah sumber energi, seperti minyak ikan, minyak jagung, minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak kacang kedelai, mlnyak kelapa sawit dan sebagainya. Penambahan minyak ikan, minyak jagung atau minyak 
kacang kedelai ke dalam pakan ikan, selain memberi bau yang enak pada pakan, juga akan meningkatkan kualitas pakan ikan yang dapat mendukung pertumbuhan optimal ikan.

C. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadl unsur-unsur karbohidrat terdiri atas karbon, hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat dalam bentuk sederhana umumnya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein.

Menurut ukuran molekulnya, karbohidrat dlgolongkan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida (Cn(H20)n) sendlri dibagi menjadi empat golongan masing-masing triosa, tetrosa, pentosa dan heksosa. Dari golongan monosakarida yang paling banyak terdapat dalam sel adalah pentosa dan heksosa. Dari golongan pentosa yakni ribosa dan dioksiribosa yang membentuk lnti. Sementara dari golongan heksosa misalnya fruktosa, glukosa dan galaktosa. 
Dhakarida (C12 H22 O11) ada beberapa macam, misalnya sukrosa (gula tebu), maltosa (gula anggur) laktosa (gula susu) dan selobiosa (hasil hidrolisa tak sempurna selolusa). Sementara itu, polisakarida merupakan rangkaian molekul

sakarida yang banyak dan memanjang. Yang termasuk polisakarida antara lain selulosa, glikogen, dekstrin. amilum, kalsium pektat, lignin, khitin, inulin, amilosa dan amilopektrin. Berdasarkan sifat kimianya karbohidrat terdiri atas bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan serat kasar (SK). Peran BETN dan SK pada masing-masing hewan berbeda-beda.
Demikian juga antisipasi terhadap sistem pcncernaannya, sehingga susunan formula pakan untuk masing-masing hewan )uga berbeda.

Pada pakan ayam dan lkan, satuan analisis energl berdasarkan pada metabolisme energl (ME) dalam bentuk kilokalori per kilogram pakan. Sementara pada sapi dan kambing satuan analisis energinya berdasar pada persentase total digestible nutrient (T DN). Hal ini tentunya berkaitan dengan cara kerja pencrnaan sapi dan kambing yang dapat memanfaatkan serat kasar sebagai sumber energi dan unsur karbon sebagai kerangka karbon dalam pembentukan protein bakteri dalam perut besar, yang kemudian menjadi number protein bagi sapi dan kambing.

Pencernaan karbohidrat pada ikan sangat bervariasi tergantung kompleksitas molekulnya. Namun karbohidrat yang tercerna dapat dlmanfaatkan sebagal sumber energi. Selain kompleksitas molekul karbohidrat, teknlk pengolahan pakan bisa mempengaruhi tersedianya karbohidrat untuk ikan.

Bahan tepung mengandung karbohidrat sekitar 1,2-2,0 kkl ME /kg. Scmentara ME tepung yang sudah dimasak dapat naik menjadi sekitar 3,2 kkal/g. Karena dalam tubuh ikan hampir tidak mengandung karbohidrat, kecuali jumlah yang sangat kecll pada hati dan glikogen otot, maka karbohidrat dalam makanan ikan hanya digunakan sebagai sumber energl. Oleh karena itu, makanan harus diberikan dalam keseimbangan yang layak dengan nutrien makro lainnya. 

Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana umumnya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein: Di dalam alat pencernaan ikan memerlukan enzim-enzim tertentu yang dapat memecah disakarida dan polisakarida menjadi monosakarida yang mudah diserap oleh ikan. Beberapa enzim tertentu dapat diberikan oleh bakteri yang terdapat di dalam usus ikan tersebut. Sementara beberapa jenis ikan tertentu mempunyai pyloric caeca pada alat pencenaannya yang mengandung enzim-enzim seperti maltase, sukrase, laktase, amilase dan enzim lainnya yang bafungsi dalam mencerna karbohidrat. 

kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung pada jenis ikannya. Berdasarkan penelitian Wilson (1994), kadar karbohidrat untuk ikan di daerah tropis antara 25-40%.
Tingkat pemanfaatan karbohidrat oleh tubuh ikan dipengaruhi oleh kemampuan mencerna karbohidrat dan kemampuan untuk memanfaatkan glukosa.
Sebagai lkan omnivora, lele dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Ikan lele ukuran 25 g yang diberikan pakan yang mengandung karbohidrat 39,1541,48% memberikan pertumbuhan terbaik.sedangkan untuk benih lele (0,45 g) antara 26,50-27,04%.

Karbohidrat dan lemak mempunyai sparing efect pada penggunaan atau pemanfaatan protein. Pakan dengan kadar protein tinggi tetapi  tidak cukup mengandung energi yang berasal dari non-protein (lemak dan karbohidrat,akan menyebabkan adanya konversi pakan yang relatif tinggi.
Penggunaan kedua nutrisi ini dalam pakan harus ada pada kadar atau rasio yang tepat karena apabila kelebihan atau kekurangan akan memberikan dampak negatif pada ikan yang diberi pakan tersebut. 

Karbohidrat dalam makanan lkan terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan memengaruhi daya cerna dan penyerapan di dalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan, sedang kandungan serat kasar yang rendah (di bawah 8%) akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet.

Bahan-bahan pakan yang banyak mangandung karbohidrat adalah jagung, beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka, tepung sagu dan beberapa bahan lalnnya .
Sebagian bahan di atas, selain sebagai sumber karbohidlrat juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder) dalam pembuatan pakan ikan. 

Walaupun karbohidrat per gram hanya menghasilkan energi lebih sedikit daripada lemak ataupun protein,tetapi karbohidrat masih merupakan pemasok energi termurah. Biji-bijian (cerealia) mengandung 60-70% karbohidrat terutama dalam bentuk tepung. Biji-bijian dan limbah bijian-bijian biasanya merupakan bahan pakan yang paling murah. 

D. Vitamin

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh ikan dalam jumlah yang sedikit, tetapi sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan pemeliharaan ‘kondisl ' tubuh ikan. Pada umumnya vitamin tidak dapat disintesis dalam tubuh ikan sehingga harus tersedia dalam pakan. Ditinjau dari sifat-sifat fisiknya, vitamin dibagi ke dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air antara lain tiamin (Bl), riboflavin (B2), asam pantotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12)! vitamin C dan lain-lain. Sementara ltu, vitamin yang larut dalam lemak ahtara lain retinola (vitamin A), kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin D), alfa tokoferol (vitamin E) dan menadion (vitamin K).

Fungsi utama vitamin secara umum adalah : (1) sebagai bagian dari enzim atau ko-enzim sehingga dapat mengatur berbagai proses metabolisme; (2) mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh; (3) memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru; dan (4) membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh. Sementara itu, fungsi Spesifik dari beberapa vitamin antara lain, Vitamin B1, B6 dan B12 untuk menunjang pertumbuhan serta dapat 
  

merangsang nafsu makan ikan. Vitamin B2 berperan dalam pertumbuhan dan pertukaran zat-zat makanan (seperti karbohidrat, lemak dan protein) dari sel-sel dalam tubuh ikan serta untuk proses reproduksi. Vitamin A berfungsi untuk menunjang kesehatan mata, sedangkan vitamin D dibutuhkan untuk proses metabolisme dari mineral (terutama kalsium dan fosfor). Vitamin E berpengaruh terhadap pergerakan ikan maupun dalam proses reproduksi, sedangkan vitamin K berpengaruh dalam proses pembekuan darah. Vitamin C berpengaruh terhadap kemampuan tubuh dalam mengatasi stres dan pertumbuhan ikan. Peranan vitamin C dalam meningkatkan kemampuan ikan untuk mengatasi stress berkaitan dengan produksi norepineprin dan epineprin dalam biosintesis katekolamin. Menurut Murray et al. (1999) katekolamin berperan memacu proses glukoneogenesis dan glikogenolisis dalam penyediaan glukosa darah untuk dipakai sebagai sumber energi. Selanjutnya energi ini digunakan untuk menahan goncangan fisiologis tubuh akibat stres (Pickering, 1981).

Jika vitamin C tersedia dalam jumlah yang cukup, pembentukan kolagen akan normal dan ini akan mendukung pertumbuhan dan akhirnya efisiensi pemanfaatan pakan meningkat. Kolagen ini merupakan komponen protein yang terbanyak, yaitu sekitar 25-30% dari total protein tubuh (Combs, 1992). Berdasarkan peran vitamin C tersebut, ikan dapat memanfaatkan protein dan melakukan sitensis kolagen dengan baik, sehingga pada akhirnya tercapai pertumbuhan optimal.
Walaupun, jumlah vitamin yang diperlukan ikan sangat sedikit dibandingkan dengan zat makanan lainnya. Namun’ kekurangan dari salah satu vitamin akan menyebabkan gejala tidak normal pada ikan sehingga akan mengganggu proses pertumbuhannya. Secara umum, defisiensl vitamin akan menimbulkan gejala tidak normal dalam hal morfologl maupun fisiologi ikan. Kekurangan vitamin dalam pakan tidak langsung menyebabkan kematlan, tetapi bersifat kronis. Karena reaksi enzim biasanya memerlukan ko-enzim kimia sehingga jika kekurangan vitamin tersebut cukup serius menyebabkan aktivitas enzim kimia menurun, sehingga fungsi sel akan terganggu, nafsu makan ikan menurun, stres, hilangnya keseimbangan, pendarahan pada insang, pertumbuhan tidak normal seperti skoliosis (bentuk badan ikan bengkok ke depan) dan lordosis (bentuk badan ikan bengkok). Pada akhirnya, akan terjadi kerusakan sel dan dapat menyebabkan kematian. Kematian yang nyata akibat kekurangan vitamin biasanya terjadi pada minggu ketujuh dan minggu kesembilan. 

Kebutuhan vitamin, sangat dipengaruhi oleh jenis ikan,
laju pertumbuhan, komposisi pakan, kondisi fisiologis ikan

serta lingkungan perairan. Kebutuhan vitamin menurun dengan meningkatnya ukuran lkan (Bonyaratpalin, et.al., 1998). Ada sebanyak 15 jenis vitamin yang sangat diperlukan oleh ikan, yaitu vitamin A, E, D3, K3, B2,B1,B12,C,piridoxin, pantotenat, nikotinat, biotin, asam folat, kolln klorida dan inositol. 

Dalam pembuatan pakan, ke-15 vitamin tersebut dicampur dalam pakan dan sering disebut dengan vitamin premix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berat dan efisiensi pakan akan menurun jika dalam pakan kekurangan vitamin Bl dan B2 untuk pemeliharaan selama 60 hari dan terjadi gejala-gejala anoreksia, pertumbuhan lambat
berenang di permukaan, menyendiri,luka-luka pada bibir bawah kematian jika vitamin B6 kurang tersedia dalam pakan. 

E. Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungal yang sangat penting. Berbagai proses di dalam tubuh memerlukan zat-zat mineral ini. Fungsi utama mineral lalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam-basa, menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari jaringan dan sebagai penerus dalam sistim saraf dan konstraksi otot, fungsi metabolisme, sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormon, pigmen dan sebagai enzim aktivator.


Baca juga:






◾Dilema ntara bekerja atau beternak lele.

 

Mungkin sebagian dari kita ada yang berpikir kira-kira lebih baik kerja apa beternak lele? Barangkali di pikiran kita bahwa berternak lele adalah sesuatu yang cukup menjanjikan,apalagi kalau kita melihat banyak yang berhasil di bidang ini,sepertinya juga mudah untuk di tiru,hal-hal seperti inilah yang kadang-kadang membuat kita galau juga dilema antara kerja apa beternak lele. 

Sebenarnya memelihara ikan atau hewan peliharaan lainya baik itu lele atau apapun bisa mendatangkan keasyikan tersendiri bagi pemiliknya.bahkan dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang terbiasa bersentuhan dan berinteraksi dengan hewan peliharaan,mempunyai tingkat emosi yang jauh lebih stabil,juga mempunyai mental yang lebih kuat di banding lainya.sehingga bisa menjadi upaya relaxasi bagi saraf-saraf otak.

Maka dari itu saya mencoba memberi sedikit wawasan kepada para pembaca agar sekiranya bisa mendapat gambaran tentang seluk- beluk beternak lele karena selama ini banyak sekali yang menulis tentang dunia peternakan lele tetapi mereka tidak pernah memahami hal yang sebenarnya sehingga yang terjadi adalah pemahaman yang rancu yang justru membuat masyarakat mendapatkan kebingung  atas gambaran yang keliru. 

Kalau di antara pembaca ada yang mengalami dilema seperti itu maka saran saya pilih saja kerja,mengapa..? 

Karena dengan bekerja kita tidak perlu mengeluarkan modal,kemudian  hasilnya pasti,karena kita akan selalu gajian entah setiap minggu atau setiap bulan. 

Tetapi kalau kita beternak lele hasilnya belum pasti terutama bagi para pemula,sehinnga harus mempunyai modal extra,karena kadang-kadang hasilnya tidak sesuai dengan yang di harapkan bahkan kadang-kadang juga rugi. 

Nah.. klau sudah kerja dan sudah mendapat penghasilan barulah mulai beternak lele dengan penuh kesabaran dan ketelatenan,dan setelah benar-benar menghasilkan silahkan tinggal pilih melanjutkan pekerjaan atau peternakan lele atau di jalani dua-duanya jika di mungkinkan. 

Intinya bagi para pemula jangan terlalu berharap hasil di bidang peternakan lele karena untuk bisa berhasil membutuhkan proses yang cukup panjang dan waktu yang tidak sebentar,dan mengalami jatuh bangun tentunnya.dengan mencoba berbagai cara dan metode untuk bisa menghasilkan format yang tepat,sehingga dapat melakukan sistem beternak yang efectiv dan afisien,untuk selanjutnya bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam beternak. sekian semoga bermanfaat. 

Baca juga:







◾(4)Empat keadaan inilah yang sering membuat ikan mengalami keracunan.

 

Empat keadaan inilah yang sering membuat ikan mengalami keracunan.

1.Pertama Asam belerang.

Asam belerang atau hidrogen sulfida (H²S) merupakan gas beracun yang dapat larut dalam air. Akumulasinya di kolam biasanya ditandai dengan endapan lumpur hitam berbau khas seperti telur busuk atau belerang. Sumber utamanya adalah hasil dekomposisi sisa-sisa plankton, kotoran ikan dan bahan organik lainnya. Bahan organik selain dapat menghasilkan amonia juga memproduksi asam belerang. Persentase H²S pada pH 7,0 dan suhu 26°C mencapai 49,7%, sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30°C hanya 0,993.

Ikan biasa keracunan (kehilangan keseimbangan) pada konsentrasi H²S 0,1 0,2 ppm dan pada konsentrasi 0,25 ppm kematian massal biasanya terjadi. 
Derajat sintasan (kelangsungan hidup) ikan dapat mencapai 90% jika H²S tidak terdeteksi di dasar perairan. Pada konsentrasi H2S 0,25 ppm di dasar tambak, derajat sintasan hanya mencapai 40%. 

Ikan lele cukup tahan terhadap kandungan H2Sdi dasar perairan.Namun demikian, kandungan H²S yang tinggi dapat menjadi sarang bagi perkembangan jasad patogen, terutama virus dan bakteri. Karenanya untuk usaha budi daya intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi hendaknya tidak dibiarkan terjadi penumpukan H²S.

Pergantian air dan pengerukan tanah dasar waktu persiapan kolam adalah cara yang baik untuk menghilangkan pengaruh H2S.
Suasana aerob(air yang bergerak) di dasar kolam juga dapat mengurangi pengaruh H²S.
Pada konsentrasi oksigen terlarut tinggi, H2S dioksidasi menjadi H2S04. Aerasi sangat membantu terciptanya suasana aerob di dasar kolam.

2.Amoniak.

Amonia (NH3) dalam air berasal dari perombakan bahan-bahan organik dan pengeluaran hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan jaringan insang. Di samping itu, amonia dalam perairan juga dapat terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati. Pembusukan bahan organik terutama yang banyak mengandung protein menghasilkan amonium (NH⁴+) dan amonia. Jika proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berlangsung lancar akan terjadi pembusukan NH³ sampai pada konsentrasi yang membahayakan ikan. 

Persentase NH3 dari amonia total dipengaruhi oleh suhu dan pH air. Makin tinggi suhu dan pH air makin tinggi pula persentase konsentrasi NH,. Dalam artian, peluang ikan keracunan NH3 lebih besar pada suhu dan pH tinggi. Sebagai contoh, pada pH 8,0 dan suhu 26°C persentase NH3 hanya 5,71 sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30“C mencapai 44,84.

Seperti H²S, lele juga cukup tahan terhadap kandungan amonia yang melebihi 0,1 ppm sehingga lele belum terganggu jika kandungan amonia di atas 0,1 ppm. Namun, beberapa bakteri dapat berkembang dengan baik pada perairan dengan kandungan amonia tinggi.

Pergantian air merupakan alternatif untuk mengatasi masalah konsentrasi amonia yang tinggi dalam air kolam. Pola pencampuran masa air dapat digunakan untuk menghitung volume air yang harus diganti supaya konsentrasi amonia tetap berada pada kisaran optimal. Jika dalam satu hari diproduksi amonia 0,94 ppm dan tidak terjadi oksidasi amonia maka dalam dua hari akan terdapat 0,98 ppm dibulatkan menjadi 1 ppm amonia total. Karena konsentrasi amonia dalam kolam harus dipertahankan pada 0,1 ppm maka harus dilakukan penggantian air sesuai pola pencampuran masa air.

Beberapa bahan yang dewasa ini diperdagangkan untuk mencegah ikan keracunan amonia adalah BN-9 atau BN-12 dan Ammocidin yang merupakan awetan dari bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Penambahan bahan tersebut sebetulnya tidak perlu dilakukan karena Nitrosomonas dan Nitrobactcr secara alamiah terdapat dalam perairan. Selain itu. penambahan bahan organik dalam bentuk pakan seperti probiotik mampu meningkatkan jumlah bakteri Nitrosomonas dan Nitrobactar dalam air. Aerasi akan merangsang aktivitas kedua bakteri tersebut karena oksigen diperlukan dalam pembentukan NO2 maupun No3. 
Bahan lain yang diperdagangkan untuk mengurangi NH³adalah zeolito, zeokaptan. dan healtstone yang biasanya digunakan dalam penjernihan air. Setiap gram bahan tersebut dalam kondisi optimal (air bersih dengan pH 7, suhu 20“C dan salinitas 0 ppt) mampu menyerap 9 mg NH³. Namun kondisi optimal seperti yang telah disebutkan tidak mungkin dijumpai dalam kolam. Selain itu Na+ dari air kolam atau tambak akan lebih dahulu diserap butiran zeolite sehingga NH3 tidak akan lagi dapat diserap.

3.Kesadahan.

Kesadahan atau kekerasan (hardness) air berbeda dengan keasaman air, sekalipun keduanya erat kaitannya. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah. Air asam biasanya menunjukkan reaksi lunak, sedangkan air sadah biasanya keras. 
Oleh karena itu, kesadahan air sering disebut kekerasan air (hardness),

Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk lon maupun ikatan molekul. Elemen terbesar (major elemen) yang terkandung dalam air adalah kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), natrium (Na+) dan kalium (K+). Ion-ion tersebut dapat berikatan dengan C03, HCO³. SO⁴,  Cl-, NO³; dan P0⁴. Kadar mineral tersebut dalam tanah sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanahnya. Kandungan mineral inilah yang menentukan parameter keasaman dan kekerasan air.

Tidak seperti keasaman air yang mudah diukur, untuk mengukur kesadahan (kekerasan) air masih sulit. Standar yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya kesadahan air inipun untuk tiap-tlap negara berbeda. Tidak seperti pH yang menggunakan angka 1-14 yang merupakan ukuran baku di seluruh negara, maka standar kesadahan dan kategorinya masih beragam. Beberapa derajat kesadahan yang ada yaitu derajat Clark yang dipakai di Inggris, derajat Amerika Serikat, derajat Jerman dan derajat Perancis.

Oleh banyak pustaka, derajat kekerasan menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dengan satuan mg/ L air. Hanya kadar kalsim yang umum digunakan karena paling signifikan dan jumlahnya biasanya lebih banyak dibanding magnesium. Dari data diperoleh bahwa perbandingan kalsium dan magnesium adalah 10 : 3. Untuk satu derajat kekerasan setara dengan 1 mg CaCO3 
per liter air.
Perhitungan derajat kekerasan ada berbagai cara sesuai asal negara dilakukannya. 
Semua cara tersebut dapat digunakan.

Nama derajat   Asal Kesetaraan kadar CaCo3(mg/L)  
Derajat hardness (°hardness)USA 1,0
Derajat Clark (°Clark)Inggris 14,3
Derajat dH (°dH)Jerman 17,9
Derajat fH (°fH)Perancis 20,0


Dari keempat cara perhitungan pada Tabel di atas, di Indonesia menggunakan cara Jerman yang populer dengan sebutan dGH (degrees of German total Hardness) atau biasa ditulis dengan nama derajat degrees Hardness (o dH). Dengan memperhatikan kadar CaCO3 akhirnya orang membuat istilah untuk menyatakan tingkat kekerasan suatu jenis air. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa istilah kekerasan air.

Nama derajatKadar CaCO3 (mg/L)Kekerasan (0 dH)
Soft (lunak)0-500-3
Moderately soft (agak lunak)50-1003-6
Slightly hard (sedang)100-2006-12
Moderately hard (agak keras)200-30012-16
Hard (keras)300-45016-25
Very hard (amat keras)>450>25

Beberapa literatur memberikan batasan lain yang mungkin lebih sederhana dalam memberikan istilah tingkat kekerasan. Sebagai contoh jenis air hanya dibagi dalam empat kategori, yaitu lunak, agak keras, keras dan amat keras sehingga kisaran kadar kalsiumnya lebih besar.


jenis hewan budi daya dl dalam air membutuhkan kekerasan tertentu. Namun, kebanyakan senang berada di air lunak. Umumnya hewan air lebih mudah beradaptasl dari air yang slfatnya lunak ke keras dibanding keras ke lunak. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan hewan air lebih menyukai air dengan tingkat kesadahan/kekerasan 3-100dH.

4.karbondioksida.

Karbondioksida (CO²) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesls. Mesklpun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehldupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi ikan budi daya.

Karbondioksida bersifat sebaliknya dari oksigen. Karbondioksida jauh lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan oksigen, sehingga sering "mengusir" dan menempati tempat oksigen dalam air. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan menghalangl proses diffusl oksigen. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen berkurang dan sebagai kompensaslnya ikan akan aktif sekali bernapas,. yang dapat dilihat darl gerakan air dl sekitar insang. Keaktifan bernapas ini memerlukan kalori dan mengurangi kesempatan untuk makan bagi lkan (nafsu makan lkan menurun bahkan hilang), dl samping selera makan sudah jauh berkurang. Karena gas karbondioksida dalam air diperlukan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis, sehingga sangat penting artinya bagi usaha budi daya ikan secara tradisional, sedangkan bagl usaha budidaya ikan intensif, seperti kolam air deras malah merugikan.

Kadar karbondioksida sebesar 5-15 ppm di dalam air masih dapat ditoleransi oleh ikan, asalkan kadar oksigennya cukup tinggi. Akan tetapi, kadar karbondioksida 50-100 ppm dapat mematikan ikan dalam waktu lama, sedangkan kadar karbondioksida 100-200 ppm bersifat akut. Lele masih mampu bertahan hidup pada air yang karbondioksidanya mencapai 100 ppm.

Karena karbondioksida berbanding terbalik dengan oksigen, maka apabila konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimum, pengaruh karbondioksida dapat diabaikan.

Baca juga:



◾Tehnik pembuatan pakan ikan.

 
Tehnik pembuatan pakan ikan.

Jika semua bahan baku dibeli dalam bentuk tepung, berarti pembuatan pakan lele tidak dimulai dengan pengolahan bahan menjadi tepung, tetapi langsung melakukan proses pencampuran, pencetakan dan pengeringan. Pakan untuk ikan dibagi menjadi beberapa bentuk yang disesuaikan dengan ukuran ikan peliharaan. Ada 4 tipe bentuk pakan untuk ikan budi daya, yaitu bentuk powder (serbuk) untuk larva, bentuk flake (serpihan) dan crumble (remahan) untuk benih, dan pelet untuk ikan yang berukuran lebih besar.


Pembuatan pakan skala industri yang menggunakan mesin pencetak berukuran besar dapat mencetak beberapa ukuran dan bentuk pakan sekaligus, dari ukuran powder hingga pelet. Sementara itu, untuk usaha skala kecil harus disediakan beberapa buah alat pencetak sesuai dengan kebutuhan atau bentuk dan ukuran pakan yang hendak diproduksi. Alat pencetak pakan yang paling sederhana adalah penggiling daging atau rempah-rempah.



1.pembuatan pakan lele sekala kecil.

Proses pembuatan pakan gurami skala kecil dimulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan (pembersihan,
penggilingan, pengayakan, penimbangan, pencampuran), pencetakan dan pengeringan. Pakan buatan untuk lele yang dihasilkan dalam bentuk kering (dry pellet) dengan kadar air 8-12%. 
Proses pembuatan pakan buatan kering skala kecil dan sekala besar tidak berbeda secara prinsipil, yang membedakan biasanya pada alat yang digunakan. Pembuatan pelet skali besar menggunakan peralatan serba mesin. 

Pengeringan pelet dapat memanfaatkan sinar matahari ataupun oven (lemari pengering). Proses pembuatan pelet kering secara bertahap sebagai berikut. 

Bahan-bahan yang akan digunakan, disiapkan sesuai dengan formula. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut dihaluskan (digiling) untuk memperkecil gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas. Pada saat penghalusan, seringkali laju oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara. Oleh karena itu, zat antioksidan seringkali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung. Penambahan antioksidan dalam proses ini dimksudkan untuk meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara dan mengurangi tingkat oksidasi selama proses penghalusan, dan memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya tidak terlalu besar secara merata ”hingga stabilitas produk akhir terhadap proses oksidasi
menjadi lebih terjamin. 

Penghalusan/penggillngan bahan baku dapat dilakukan dengan menggunakan alat penumbuk padi, alat penggiling, mesin penepung (hammer mill) atau grinder yang digerakkan dengan tenaga llstrik. Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak dengan menggunakan ayakan kawat,ayakan nilon, ayakan kopi dan laln-lain. Ukuran ayakan yang
digunakan disesuaikan kebutuhan stadia ikan yang akan diberikan. Semakin kecil stadia ikan, semakin halus partikel bahan baku yang akan dibuat pakan. Untuk itu dapat diatur dengan mengatur ukuran mata ayakan yang digunakan. 
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan formula. Untuk bahan baku dalam jumlah besar digunakan timbangan kodok, sedangkan untuk bahan baku dalam jumlah kecil, seperti vitamin dan mineral, digunakan timbangan halus agar lebih teliti. 
Selanjutya bahan-bahan tersebut dicampurkan secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata dan sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan. Pencampuran bahan baku dalam jumlah besar sebaiknya menggunakan alat bantu, seperti mixer. Pencampuran dengan menggunakan mixer membutuhkan waktu 5-10 menit. 
Setelah bahan baku dicampur, tahap selanjutnya dilakukan pencetakan pakan sesuai dengan kebutuhan bentuk dan ukuran pakan. Pencetakan pakan bentuk pelet dapat menggunakan alat sederhana, misalnya gilingan daging atau mesin pelet. Dalam pencetakan pelet dengan gilingan daging, bahan baku harus dicampur dengan air secukupnya, sehingga berbentuk adonan seperti pasta. 
Selanjutnya, dikukus beberapa saat agar bahan perekat dapat mengikat bahan baku yang lain atau dapat juga dengan mencampurkan bahan yang kering dengan perekat (binder) yang telah dijadikan bubur. Bisa juga bahan baku diseduh dengan air panas secukupnya dan aduk kembali agar bahan campuran tersebut berbentuk pasta. Setelah itu, bahan yang berbentuk pasta dicetak dengan menggunakan pencetak dari gilingan daging.
Bahan baku yang telah dicetak menjadi pelet dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan atau secara mekanik dengan menggunakan oven (lemari pengering). Pelet yang telah kering siap diberikan kepada gurami budi daya atau disimpan dalam wadah yang tidak lembap. 
Pembuatan pelet yang lebih cepat dapat menggunakan mesin pelet (CPM Pellet mill). Semua bahan baku harus dalam bentuk kering. Dengan bahan baku kering dapat dicetak pakan bentuk crumble (remah) dengan menggunakan mesin crumble. Untuk menghasilkan pakan bentuk powder (tepung). dapat digunakan mesin penghalus (micropulvirizer), sedangkan untuk menghasilkan pakan bentuk flake (serpihan) dapat digunakan Electrosteam double drum dryer.

2.Pembuatan pakan lele sekala industri.
Prinsip pembuatan pakan lele, pakan ikan atau udang skala industri yang dilakukan di pabrik-pabrik tidak berbeda dengan pembuatan pakan skala kecil. Perbedaannya terletak pada alat yang digunakan. Pembuatan pakan di pabrik menggunakan mesin-meain berukuran besar dan canggih sehingga pakan yang dihasilkannya pun sangat banyak dalam waktu yang pendek.

Biasanya industri-industri pakan yang maju telah berjaringan dengan beberapa perusahaan atau unit-unit usaha tertentu dalam pengadaan bahan baku. Dengan demikian, sistem produksi yang dibangun dan target produksi untuk mengisi kebutuhan pasar tidak mengalami banyak hambatan.

Pembuatan pakan dimulai dengan menghaluskan bahan baku. Bahan baku yang masih kasar dimasukkan ke mesin penggiling/mesin penghancur. Dengan perantaraan fan maka bahan baku digiling, kemudian dihisap dan masuk pada mesin separator. Dari tempat ini, serbuk yang sudah digiling akan terpisah menjadi bagian yang lebih halus dan agak kasarPada bagian filter siap menampung bagian yang halus dan kasar kembali ke mixer. Dari bagian filter, serbuk yang sudah tertahan dengan alat filter akan terhisap oleh fan dan dikompresikan sehingga dapat masuk ke Iviix Bin. Dalam proses operasionalnya, biasanya sekitar 50% dari jumlah bahan baku yang masih kasar akan melalui proses penghancuran hingga menjadi tepung dan masuk ke dalam Mix Bin dengan perantaraan screw conveyor dan bucket elevator.

Setelah proses penggilingan selesai, dari tempat penampungan akan masuk ke Mix Bin, kemudian diturunkan ke mixer (alat pencampur). Mesin mixer ini mengaduk tepung dan serbuk yang sudah digiling halus. 
Ada dua jenis mixer berdasarkan posisi porosnya, yaitu mixer yang diletakkan berdiri (vertical feed mixer) dan mixer yang diletakkan mendatar (horizontal fired mixer). Perbedaan mixer vertikal dan horisontal terletak pada perbedaan konstruksi, khususnya posisi dan bentuk lubang pemasukan dan pengeluaran bahan pakan. Pada mixer horisontal lubang pemasukan bahan pakan di bagian atas dan lubang pengeluaran di bawah.
Mixer yang diletakkan berdiri umumnya digunakan pada usaha pembuatan pakan ikan dan udang skala kecil dengan kapasitas produksi terbatas, selain frekuensi operasionalnya terputus-putus. Kapasitas mixer ini adalah 1-2 ton sekali pencampuran. Prinsip kerja mixer vertikal adalah mencampur bahan pakan secara merata.

Mixer vertikal dilengkapi dengan elektro motor yang berfungsi sebagai penggerak mesin pencampur komposisi pakan. Pegas pengantar yang dihubungkan dengan tali pemutar dari poros elektro motor. Kipas pengaduk yang berfungsi mencampur pertama bahan-bahan pakan. Lubang tempat memasukkan bahan makanan yang akan diaduk, sehingga bahan-bahan tidak perlu dimasukkan dari atas dan silinder yang berfungsi mencampur secara merata dan sempurna bahan pakan.

Pada umumnya mixer horisontal digunakan pada usaha pembuatan pakan skala besar. Kapasitas terpasang 23 ton per sekali pencampuran. Mixer ini dipasang menyatu dalam sistem prosesing, sehingga operasionalnya berlangsung tarus-menerun dalam frekuensi tinggi. 
Umumnya mixer ini mempunyai sebuah sumbu as memanjang di bagian tengah. Perputaran as akan mengaduk bahan pakan yang ada dl dalamnya dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah. Bentuk lilitan lempengan yang melingkari sumbu as dapat berbeda, tetapi pada prinsipnya akan mempunyai pola perputaran yang sama. Mekanisme proses pemasukan bahan pakan dan pengeluaran dari alat pencampur dapat secara manual atau dorongan tekanan udara yang dihasilkan kompresor.

Mixer horisontal memungkinkan penggunaan bahan pakan bentuk cair yang sebelumya telah dipanaskan untuk pemanfaatan uap panas dalam proses peletting. Mixer horisontal juga dilengkapi dengan saluran khusus untuk proses penambahan, seperti untuk premiks maupun bahan pakan bentuk cair. Penambahan dilakukan pada waktu as berputar, sehingga mampu meningkatkan kesempurnaan penyebaran bahan pakan yang kuantitasnya jauh lebih sedikit dibandingkan keseluruhan bahan makanan.

Setelah tercampur dengan baik, kemudian diberi air dan minyak sesuai dengan kadar yang dikehendaki. Setelah diketahui presentase kadar airnya, dengan perantaraan screw conveyor dan bucket elevator, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam pelet bin. Serbuk pelet yang terdapat pada penampungan akan ditarik dan masuk ke dalam tabung silinder pemanas. Setelah diketahui derajat suhu yang dikehendaki maka serbuk tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelet. Pada alat tersebut akan terbentuk butiran-butiran pelet yang ukurannya disesuaikan dengan jenis yang dikehendaki. Butiran pelet dimasukkan ke dalam mesin pemanas (post conditioner). Melalui proses tersebut butiran pellet akan turun ke tempat penampungan dan didinginkan dengan perantaraan fan, kemudian masuk ke tempat ayakan pemisah dan akan turun ke tempat penampungan akhir yang siap di-packlng...






◾Analisa untuk pakan lele.

 
Analisa untuk pakan lele.

Agar ikan lele budi daya tumbuh dengan baik, pakan buatan yang diberikan harus memenuhi gizi sesuai kebutuhannya. Kebutuhan nutrisi lele selama hidupnya tidak selalu sama, tetapi bervariasi tergantung pada lingkungan dan tingkat pertumbuhannya. Pakan buatan. yang baik mengandung gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan lele.
Pakan buatan yang dikemas dalam kantong/karung, pada kemasannya tercantum komposisi nutrisi pakan. Namun, kenyataannya tidak selalu setiap jenis/merek pakan yang diberikan menghasilkan pertumbuhan lele yang optimal. Beberapa merek pakan bahkan memberikan hasil yang mengecewakan. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang beredar di pasaran mempunyai kualitas yang beragam.

Mutu pakan yang rendah mengakibatkan lele tumbuh lambat, karena kebutuhan glzi untuk pertumbuhan gurami tidak tercukupi. Hal ini menyebabkan pemelihara lele  harus menambah waktu pemeliharaan agar target ukuran lele yang diinginkan tercapai. Akibatnya biaya produksi membengkak karena biaya pakan, tenaga kerja, listrik, pompa dan aerator bertambah, termasuk bunga pinjaman. Oleh karena itu, kualitas pakan perlu diketahui melalui pengujian. Pengujian atau analisis pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit dan canggih.

Pengujian atau analisis kualitas pakan sederhana dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya mengamati kandungan gizi, ukuran pakan, daya larut pakan dalam air (water stability), penampang permukaan, aroma dan lain-laln. Sementara itu, analisis kualitas pakan yang canggih biasanya dilakukan di laboratorium atau percobaan langsung pada lele budi daya.
Analisis sederhana yang dimaksud di sini adalah analisis atau pengujian pakan tanpa menggunakan alat dan bahan yang canggih dan mahal, cukup dengan mengamati langsung pakan dengan menggunakan panca indra. Pembudi daya lele yang berpengalaman tidak mengalami kesulitan dalam mengamati kualitas pakan. Beberapa faktor yang dapat dijadikan patokan sebagai berikut.

1. Kandungan Gizi Pakan

Sangat sulit untuk mengetahui nilai gizi atau nutrisi pakan kecuali dengan cara analisis kimiawi di laboratorium. Tetapi biasanya setiap pabrik pakan selalu mencantumkan hasil analisis kandungan gizi pakan yang diproduksinya, seperti protein, lemak, karbohidrat dan laln-lain.

Pakan yang baik tidak hanya ditentukan oleh kandungan protein. Masih banyak zat-zat lain yang dibutuhkan lele seperti kalsium, fosfor serta kurang lebih ada 42 zat nutrisi lainnya harus terpenuhi. Unsur-unsur nutrisi tersebut ditentukan oleh keseimbangan dan kesesuaiannya dengan kebutuhan lele peliharaan.

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik diperlukan keseimbangan asam amino dalam pakan. Asam amino itu ada dua macam, asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa dalam tubuh ikan sehingga kebutuhannya harus disediakan dalam pakan.

Mengingat secara kimiawi menentukan kualitas pakan hanya bisa dilakukan dalam laboratorium dan biayanya sangat tinggi maka pengujian pakan yang tepat adalah mengujikan langsung kepada lele  budi daya. Dengan cara ini bisa diketahui berapa konversi pakan dan bagaimana laju pertumbuhannya. Namun, sebelum melakukan uji/tes langsung pada lele, terlebih dahulu perlu diketahui reputasi pakan tersebut di kalangan pembudi daya lele,Apabila banyak pembudi daya lele menyatakan tidak baik, hindari melakukan uji langsung ke dalam kolam sebab risikonya terlalu besar. Tetapi jika reputasinya baik di kalangan pembudl daya lele atau ikan lainnya, perlu dilakukan uji langsung untuk mengetahui ketepatan jumlah dan waktu pemberian pakan. 

2. Ukuran Pakan

Biasanya pabrik pakan memproduksi pakan ikan dan udang dalam berbagal ukuran, dari kecil sampai yang berukuran besar. Ukuran pakan yang baik adalah yang sesuai dengan lebar bukaan mulut ikan. Ikan kecil akan memakan pakan yang berukuran kecil, dan ikan besar memakan pakan yang berukuran besar.

Besar kecilnya pakan yang diberikan bergantung pada lebar bukaan mulut ikan. Pemberian pakan dengan ukuran yang terlalu kecil menjadi tidak efisien. Demikian pula jika pakan yang diberikan terlalu besar, karena ikan harus memotong-motongnya agar pakan bisa masuk ke dalam mulutnya.

3. Daya Larut Pakan

Daya larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara merendam pakan dalam air di dalam gelas. Letakkan pengukur waktu di dekat gelas itu. Catat waktu sampai semuanya rnelarut. Pakan yang baik daya larutnya antara 2-3 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan sulit dicerna. Jika kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan (tidak dimakan) ikan karena terlalu cepat melarut.

4. Penampang Permukaan

Pakan yang baik penampang permukaannya licin, halus dan tidak kasar. Pakan yang kasar menunjukkan bahan pakannya banyak mengandung serat yang sulit dicerna. Pakan yang kasar juga bisa mengandung pasir dan tanah. Untuk mengetahui pakan tersebut mengandung pasir dan tanah atau tidak, dapat dilakukan uji dengan cara mencampur sejumlah pakan dalam tanah dan pasir. Kemudian pakan yang telah dicampur tanah dan pasir tersebut diberi cairan asam khlorida (HCl) sebanyak 1 : 3 (1 bagian HCl dan 3 bagian air), dan selanjutnya direbus sampai mendidih. ]ika pakan tidak larut, berarti pakan tersebut mengandung pasir dan tanah.

5. Aroma Pakan

Pilihlah pakan ikan yang berbau harum dan agak menyengat hidung. Hindari membeli pakan yang berbau apek, tengik seperti pakan busuk atau berjamur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu menerima pengiriman pakan, pastikan bahwa pakan itu baik. Terutama tanggal pembuatannya dari pabrik.

Pakan juga dapat diketahui dengan cara dikecap. Caranya ambillah sejumlah pakan kemudian dikecap dan rasakan, apakah pakan yang sementara dikecap terasa adanya zat yang merangsang dan menyebabkan lidah terasa kurang enak. Jika terasa ada yang aneh, kurang enak, kemungkinan pakan mulai ditumbuhi jamur. Jika pakan yang digigit sampai patah terasa ada pasir, kemungkinan pakan mengandung pasir dan tanah.

Pengamatan pakan dengan indra penglihatan juga sangat penting. Ambillah pakan kemudian letakkan di atas kertas putih, kemudian ditaruh di bawah lampu atau sinar matahari dan amati. Perhatikan dengan teliti, apakah pakan mengandung atau bercampur dengan bcnda-benda lain, kemungkinan pakan sudah berjamur, kemungkinan adanya serangga atau hewan-hewan renik di dalam pakan dan seterusnya.



◾Membuat pakan ikan lele sendiri.

 
Membuat pakan ikan lele sendiri.

​pembuatan pakan ikan lele dapat dilakukan dalam 
skala kecil (skala usaha rumah tangga) maupun skala
besar (skala industri). Karenanya pembudi daya lele pun" dapat membuat pakan sendiri dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia di sekitar lokasi, tanpa harus membeli pakan yang dijual di toko-toko. Namun demikian, perlu pertimbangan yang cermat, terutama terkait efektif dan efisiennya.

Pengolahan bahan baku.

Bahan baku untuk pakan ikan lele dapat berasal dari bahan baku impor dan bahan baku lokal. Bahan baku impor untuk pakan biasanya telah berbentuk tepung, seperti tepung ikan, tepung daging, tepung darah, tepung kedelai dan lain-lain. Dengan demikian, bahan-bahan tersebut tidak memerlukan pengolahan lagi, tetapi langsung dicampur untuk dibuat pakan. Walaupun demikian, harga bahan baku impor relatif mahal.
Hal ini berbeda dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia di sekitar lokasi budi daya, yang umumnya masih tersedia dalam bentuk bahan mentah, seperti ikan rucah, kepala udang, limbah kodok, biji kedelai, daun lamtoro, daun singkong dan lain-laln. Karena itu, bahan-bahan baku tersebut perlu diolah lebih dulu menjadl tepung, baru kemudian digunakan. 

Proses pengolahan bahan baku menjadi tepung antara satu dengan yang lainnya tidak berbeda, yaitu pembersihan bahan baku, pemasakan, pengeringan dan penepungan.

Pada bagian ini, tidak akan dibahas proses pengolahan semua bahan baku. Cukup dikemukakan proses pengolahan bahan baku ikan menjadi tepung ikan. Tepung ikan merupakan bahan baku sumber protein yang baik bagi ikan dan udang budl daya karena mempunyai nilai kecernaan yang tinggi, sekitar 80-95%. Kendala yang dihadapi dalam pembuatan tepung ikan adalah sejak penangkapan sampai pengeringan, di mana ikan yang digunakan sebagai bahan baku tepung ikan mengalami penurunan mutu sebelum dikeringkan. Hal ini mengakibatkan mutu tepung ikan menurun karena terjadi penguraian asam amino dan asam lemak yang dlkandungnya. Kendala lain yang dihadapi adalah menlngkatnya harga ikan rucah, akibatnya ikan rucah yang dahulunya digunakan hanya sebagai pakan ternak, sekarang menjadi konsumsi manusia. Namun demikian, pemanfaatan lkan rucah sebagal bahan baku pakan masih memungkinkan karena harganya berkisar antara Rp2000,00-Rp3.000,00/kg masih di bawah harga tepung ikan impor. Potensi ikan rucah di Indonesia pun masih cukup besar. Di Sulawesi Selatan saja, ikan rucah jenis teri mencapai 14.900 ton/tahun, tembang 22.600 ton/ tahun dan pepetek 7.600 ton/tahun. Ikan mentah kebanyakan mengandung enzim thiaminase dalam tubuhnya yang dapat merusak thiamln (Vitamin Bl) dalam tubuh ikan tersebut. Tetapi thiaminase ini dapat dihancurkan dengan cara memasak ikan mentah pada suhu 88-93°C selama 1-2 menit atau kurang lebih 5 menit pada suhu 82°C. Proses pengolahannya sebagai berikut. 
a.
Pertama, peralatan yang digunakan harus dicuci bersih. Setelah itu ikan yang akan dibuat tepung dicuci dengan air bersih kemudian disortir. Ikan yang berukuran besar sebaiknya dipotong-potong menjadi ukuran kecil untuk mempercepat pemasakan dan mempermudah pengeringan maupun penepungan. 
b.
Setelah itu, ikan dimasak (direbus) dengan menggunakan wadah berupa drum kapasitas 50-75 kg. Tempat pemasakan sebaiknya dipilih wadah yang mudah diangkat dan dipindahkan. Lama pemasakan sangat bergantung pada besarnya api, tetapi waktu yang dijadikan pedoman sekitar 30 menit. Untuk menghemat biaya, sebaiknya digunakan bahan bakar yang mudah diperoleh di sekitar lokasi, seperti ranting kayu, briket batu bara atau minyak tanah. 
c.
Setelah proses pemasakan selesai, segera dilakukan pengepresan untuk menurunkan kadar air dan minyak yang terdapat di dalam bahan baku. Pengepresan dapat dilakukan secara manual dengan alat sederhana berupa dongkrak mobil atau alat hidrolik dengan kompresor listrik atau minyak. Pengepresan dilakukan pada waktu lkan masih basah dalam keadaan panas sehingga air dan minyak lebih mudah keluar. Lama pengepresan sekitar 10-15 menit. 
d.
Setelah proses pengepresan, ikan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Pengeringan yang dilakukan dengan cara penjemuran, maka selama penjemuran, sesekali ikan dibalik agar pengeringan lebih merata dan sempurna.
Proses pengeringan dilakukan sampai matang, dan tidak berlebihan karena dapat merusak kandungan nutrisi yang ada di dalam bahan baku. 
e.
Selanjutnya dilakukan penepungan. Penepungan dapat dilakukan dengan alat sederhana seperti penumbuk padi, penggiling kopi, grinder yang digerakkan tenaga listrik atau diesel, dan atau alat khusus untuk penepungan ikan. Bahan yang telah menjadi tepung Ikan, dapat langsung digunakan untuk pembuatan pakan ikan atau disimpan ke dalam wadah atau kantong. 

Proses pengolahan bahan baku lain yang masih mentah, seperti kepala udang, limbah kodok, biji kedelai, daun lamtoro, daun singkong dan lain-laln untuk menjadi tepung siap pakai, juga tidak berbeda secara prinsipil. Yang perlu diperhatikan adalah setiap proses dilakukan secara bersih, matang dan ekonomis. 


​Baca juga:



◾Tentang kualitas air yang baik untuk habitat ikan lele.

 
Tentang kualitas air yang baik untuk habitat ikan lele.

Seperti dikemukakan di atas, kualitas air merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budi daya lele. Pakan yang cukup dan bermutu tidak akan berguna jika lingkungan hidup ikan (air) tidak dalam kondisi optimum. 
Beberapa parameter air yang digunakan untuk mengukur kualitas air sebagai berikut.

1.oksigen.

Dilihat dari jumlahnya, oksigen (O2) terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. 

Namun, jika dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya
ikan, oksigen menempati urutan teratas. Oksigen yang
diperlukan ikan untuk pernapasan harus terlarut dalam air.

Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaanyna di dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan budi daya, akan menyebabkan aktivitas ikan terhambat.

 Menurut Zonncveld et al. (1991) kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan Struktur molekul sel darah ikan, yang memengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan
derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. 

Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang. pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya. 
Oleh sebab itu. ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan,konversi pakan,demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. Meskipun beberapa jenis ikan,termasuk lele mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3pppm namun konsentrasi minimum yang masih dapat ditarima sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di bawah 4 ppm ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan ikan mulai menurun.
Untuk pemeliharaan ikan intensif, konsentrasi  oksigen yang baik antara 5-7 ppm. 
Ikan lele dapat tumbuh optimal pada perairan yang kandungan oksigennya antara 3-5 ppm. Pada kandungan oksigen di bawah 3 ppm pun lele masih dapat tumbuh dengan baik, karena lele  mampu mengambil oksigen langsung dari udara, karena lele mempunyai alat pernafasan tambahan yang disebut labyrinth. Labyrinth adalah selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama. Didalam Selaput ini terdapat pembuluh darah  kapiler yang memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Namun, pada perairan yang oksigennya rendah, ternyata beberapa penyakit berkembang dengan balk. 

2.suhu air.

Suhu memengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan
Ikan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan ikan bahkan menyebabkan kematian jika peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis). Sifat ikan yang poikilotermis (suhu tubuh ikan dipengaruhi oleh suhu air di sekitarnya) mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air mengalami penurunan suhu.

Distribusi suhu secara vertikal perlu diketahui karena akan memengaruhi distribusi mineral dalam air karena kemungkinan terjadi pembalikan lapisan air. Suhu air akan memengaruhi juga kekentalan (viskositas) air. Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan ikan karena terjadi perubahan daya angkut darah. Seperti diketahui daya angkut darah akan lebih rendah pada suhu tinggi. Suhu juga memengaruhi selera makan ikan. Ternyata ikan relatif lebih lahap makan pada pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 27“C-28°C. Ikan lele tumbuh dengan baik pada suhu 24°C-280C. Gurami sangat sensitif terhadap suhu rendah sehingga jika dipelihara dalam air dengan suhu kurang dari 15“C ikan ini tidak dapat berkembang biak.

Hubungan antara suhu air dan kandungan oksigen terlarut.  

Suhu air(°C)Kandungan oksigen terlarut (ppm)
014,18
512,34
1010,92
159,79
208,88
258,12
307,48


​Suhu sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan konsumsi oksigen hewan air. Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut (Tabel di atas), tetapi berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi kimia dalam air. 

Pergantian atau pencampuran air merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu tinggi. Suhu air di kolam cenderung lebih tinggi dari suhu air di sungai, waduk atau sumber air lainnya karena perbedaan volume Pergantian air yang diupayakan untuk pengenceran metabolit sekaligus dapat memengaruhi suhu tinggi. Secara tradisional, petani ikan membuat caren untuk tempat berlindung ikan budi daya di saat suhu air tinggi. 

◾Derajat keasaman (pH) air

 
Derajat keasaman (pH) air
Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis:

pH = - log (H)+

Air murni (H2o) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H- dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air murni =7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion oH- dan pH < 7, perairan semacam ini bersifat asam Hal sebaliknya  terjadi jika konsentrasi ion oH- yang tinggi dan pH > 7.perairan bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-karbonat sebagai berikut: 

Co2 + H2o=H2Co3=(H+)+HCo3=(2H+)+Co3.

Semakin banyak Co2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang membutuhkan banyak ion Co2 menyebabkan pH air naik.

pH air memengaruhi tingkat kesuburan perairan karena memengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurung produktif, malah dapat membunuh ikan. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budi daya ikan, termasuk ikan lele akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5-9,0, dan pertumbuhan optimal ikan terjadi pada pH 7,0-9,0.

Kapur dapat digunakan untuk menaikkan pH. Namun, pada tanah yang mengandung pyrit memerlukan kapur sangat banyak sehingga tidak tepat. Biasanya kapur yang sudah ditambahkan tercucl pada waktu pergantian alr dan keasaman air muncul kembali. Salah satu cara mengatasi keasaman akibat pyrlt dengan melakukan reklamasi.

Hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya

pH air

Pengaruh terhadap ikan budidaya 
<4,5   Air bersifat racun bagi ikan
5- 6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri dan parasit 
6,5- 9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal.
> 9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

Pada kolam tanah
pH air dipengaruhi oleh tanah dasar, dan juga dipengaruhi konsentrasi Co2 terlarut. Co2 digunakan fitoplankton dalam proses fotosintesis pada siang hari. Sementara Co2 dihasilkan pada siang maupun malam hari dalam proses respirasi. Oleh karena itu, Co2 terlarut biasanya rendah pada siang hari dan tinggi pada malam hari. 
Pada pagi hari, saat konsentrasi Co2 masih tinggi, pH air berkisar 7,0. Pada sore hari, saat konsentrasi oksigen terlarut mencapai maksimum, pH naik mencapai 9 9,5 karena Co2 dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Perubahan pH harian yang demikian masih dapat ditolelir ikan. Namun, pH yang mencapai lebih dari 10 maka pergantian air harus dilakukan karena merupakan indikator kemampuan buffer air yang rendah akibat alkalinitas rendah.


Baca juga: