Empat keadaan inilah yang sering membuat ikan mengalami keracunan.
1.Pertama Asam belerang.
Asam belerang atau hidrogen sulfida (H²S) merupakan gas beracun yang dapat larut dalam air. Akumulasinya di kolam biasanya ditandai dengan endapan lumpur hitam berbau khas seperti telur busuk atau belerang. Sumber utamanya adalah hasil dekomposisi sisa-sisa plankton, kotoran ikan dan bahan organik lainnya. Bahan organik selain dapat menghasilkan amonia juga memproduksi asam belerang. Persentase H²S pada pH 7,0 dan suhu 26°C mencapai 49,7%, sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30°C hanya 0,993.
Ikan biasa keracunan (kehilangan keseimbangan) pada konsentrasi H²S 0,1 0,2 ppm dan pada konsentrasi 0,25 ppm kematian massal biasanya terjadi.
Asam belerang atau hidrogen sulfida (H²S) merupakan gas beracun yang dapat larut dalam air. Akumulasinya di kolam biasanya ditandai dengan endapan lumpur hitam berbau khas seperti telur busuk atau belerang. Sumber utamanya adalah hasil dekomposisi sisa-sisa plankton, kotoran ikan dan bahan organik lainnya. Bahan organik selain dapat menghasilkan amonia juga memproduksi asam belerang. Persentase H²S pada pH 7,0 dan suhu 26°C mencapai 49,7%, sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30°C hanya 0,993.
Ikan biasa keracunan (kehilangan keseimbangan) pada konsentrasi H²S 0,1 0,2 ppm dan pada konsentrasi 0,25 ppm kematian massal biasanya terjadi.
Derajat sintasan (kelangsungan hidup) ikan dapat mencapai 90% jika H²S tidak terdeteksi di dasar perairan. Pada konsentrasi H2S 0,25 ppm di dasar tambak, derajat sintasan hanya mencapai 40%.
Ikan lele cukup tahan terhadap kandungan H2Sdi dasar perairan.Namun demikian, kandungan H²S yang tinggi dapat menjadi sarang bagi perkembangan jasad patogen, terutama virus dan bakteri. Karenanya untuk usaha budi daya intensif yang menerapkan padat penebaran tinggi hendaknya tidak dibiarkan terjadi penumpukan H²S.
Pergantian air dan pengerukan tanah dasar waktu persiapan kolam adalah cara yang baik untuk menghilangkan pengaruh H2S.
Suasana aerob(air yang bergerak) di dasar kolam juga dapat mengurangi pengaruh H²S.
Pada konsentrasi oksigen terlarut tinggi, H2S dioksidasi menjadi H2S04. Aerasi sangat membantu terciptanya suasana aerob di dasar kolam.
2.Amoniak.
Amonia (NH3) dalam air berasal dari perombakan bahan-bahan organik dan pengeluaran hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan jaringan insang. Di samping itu, amonia dalam perairan juga dapat terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati. Pembusukan bahan organik terutama yang banyak mengandung protein menghasilkan amonium (NH⁴+) dan amonia. Jika proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berlangsung lancar akan terjadi pembusukan NH³ sampai pada konsentrasi yang membahayakan ikan.
2.Amoniak.
Amonia (NH3) dalam air berasal dari perombakan bahan-bahan organik dan pengeluaran hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan jaringan insang. Di samping itu, amonia dalam perairan juga dapat terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati. Pembusukan bahan organik terutama yang banyak mengandung protein menghasilkan amonium (NH⁴+) dan amonia. Jika proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berlangsung lancar akan terjadi pembusukan NH³ sampai pada konsentrasi yang membahayakan ikan.
Persentase NH3 dari amonia total dipengaruhi oleh suhu dan pH air. Makin tinggi suhu dan pH air makin tinggi pula persentase konsentrasi NH,. Dalam artian, peluang ikan keracunan NH3 lebih besar pada suhu dan pH tinggi. Sebagai contoh, pada pH 8,0 dan suhu 26°C persentase NH3 hanya 5,71 sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30“C mencapai 44,84.
Seperti H²S, lele juga cukup tahan terhadap kandungan amonia yang melebihi 0,1 ppm sehingga lele belum terganggu jika kandungan amonia di atas 0,1 ppm. Namun, beberapa bakteri dapat berkembang dengan baik pada perairan dengan kandungan amonia tinggi.
Pergantian air merupakan alternatif untuk mengatasi masalah konsentrasi amonia yang tinggi dalam air kolam. Pola pencampuran masa air dapat digunakan untuk menghitung volume air yang harus diganti supaya konsentrasi amonia tetap berada pada kisaran optimal. Jika dalam satu hari diproduksi amonia 0,94 ppm dan tidak terjadi oksidasi amonia maka dalam dua hari akan terdapat 0,98 ppm dibulatkan menjadi 1 ppm amonia total. Karena konsentrasi amonia dalam kolam harus dipertahankan pada 0,1 ppm maka harus dilakukan penggantian air sesuai pola pencampuran masa air.
Beberapa bahan yang dewasa ini diperdagangkan untuk mencegah ikan keracunan amonia adalah BN-9 atau BN-12 dan Ammocidin yang merupakan awetan dari bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Penambahan bahan tersebut sebetulnya tidak perlu dilakukan karena Nitrosomonas dan Nitrobactcr secara alamiah terdapat dalam perairan. Selain itu. penambahan bahan organik dalam bentuk pakan seperti probiotik mampu meningkatkan jumlah bakteri Nitrosomonas dan Nitrobactar dalam air. Aerasi akan merangsang aktivitas kedua bakteri tersebut karena oksigen diperlukan dalam pembentukan NO2 maupun No3.
Tidak seperti keasaman air yang mudah diukur, untuk mengukur kesadahan (kekerasan) air masih sulit. Standar yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya kesadahan air inipun untuk tiap-tlap negara berbeda. Tidak seperti pH yang menggunakan angka 1-14 yang merupakan ukuran baku di seluruh negara, maka standar kesadahan dan kategorinya masih beragam. Beberapa derajat kesadahan yang ada yaitu derajat Clark yang dipakai di Inggris, derajat Amerika Serikat, derajat Jerman dan derajat Perancis.
Oleh banyak pustaka, derajat kekerasan menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dengan satuan mg/ L air. Hanya kadar kalsim yang umum digunakan karena paling signifikan dan jumlahnya biasanya lebih banyak dibanding magnesium. Dari data diperoleh bahwa perbandingan kalsium dan magnesium adalah 10 : 3. Untuk satu derajat kekerasan setara dengan 1 mg CaCO3
jenis hewan budi daya dl dalam air membutuhkan kekerasan tertentu. Namun, kebanyakan senang berada di air lunak. Umumnya hewan air lebih mudah beradaptasl dari air yang slfatnya lunak ke keras dibanding keras ke lunak. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan hewan air lebih menyukai air dengan tingkat kesadahan/kekerasan 3-100dH.
4.karbondioksida.
Karbondioksida (CO²) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesls. Mesklpun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehldupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi ikan budi daya.
Karbondioksida bersifat sebaliknya dari oksigen. Karbondioksida jauh lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan oksigen, sehingga sering "mengusir" dan menempati tempat oksigen dalam air. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan menghalangl proses diffusl oksigen. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen berkurang dan sebagai kompensaslnya ikan akan aktif sekali bernapas,. yang dapat dilihat darl gerakan air dl sekitar insang. Keaktifan bernapas ini memerlukan kalori dan mengurangi kesempatan untuk makan bagi lkan (nafsu makan lkan menurun bahkan hilang), dl samping selera makan sudah jauh berkurang. Karena gas karbondioksida dalam air diperlukan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis, sehingga sangat penting artinya bagi usaha budi daya ikan secara tradisional, sedangkan bagl usaha budidaya ikan intensif, seperti kolam air deras malah merugikan.
Kadar karbondioksida sebesar 5-15 ppm di dalam air masih dapat ditoleransi oleh ikan, asalkan kadar oksigennya cukup tinggi. Akan tetapi, kadar karbondioksida 50-100 ppm dapat mematikan ikan dalam waktu lama, sedangkan kadar karbondioksida 100-200 ppm bersifat akut. Lele masih mampu bertahan hidup pada air yang karbondioksidanya mencapai 100 ppm.
Karena karbondioksida berbanding terbalik dengan oksigen, maka apabila konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimum, pengaruh karbondioksida dapat diabaikan.
Baca juga:
Seperti H²S, lele juga cukup tahan terhadap kandungan amonia yang melebihi 0,1 ppm sehingga lele belum terganggu jika kandungan amonia di atas 0,1 ppm. Namun, beberapa bakteri dapat berkembang dengan baik pada perairan dengan kandungan amonia tinggi.
Pergantian air merupakan alternatif untuk mengatasi masalah konsentrasi amonia yang tinggi dalam air kolam. Pola pencampuran masa air dapat digunakan untuk menghitung volume air yang harus diganti supaya konsentrasi amonia tetap berada pada kisaran optimal. Jika dalam satu hari diproduksi amonia 0,94 ppm dan tidak terjadi oksidasi amonia maka dalam dua hari akan terdapat 0,98 ppm dibulatkan menjadi 1 ppm amonia total. Karena konsentrasi amonia dalam kolam harus dipertahankan pada 0,1 ppm maka harus dilakukan penggantian air sesuai pola pencampuran masa air.
Beberapa bahan yang dewasa ini diperdagangkan untuk mencegah ikan keracunan amonia adalah BN-9 atau BN-12 dan Ammocidin yang merupakan awetan dari bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Penambahan bahan tersebut sebetulnya tidak perlu dilakukan karena Nitrosomonas dan Nitrobactcr secara alamiah terdapat dalam perairan. Selain itu. penambahan bahan organik dalam bentuk pakan seperti probiotik mampu meningkatkan jumlah bakteri Nitrosomonas dan Nitrobactar dalam air. Aerasi akan merangsang aktivitas kedua bakteri tersebut karena oksigen diperlukan dalam pembentukan NO2 maupun No3.
Bahan lain yang diperdagangkan untuk mengurangi NH³adalah zeolito, zeokaptan. dan healtstone yang biasanya digunakan dalam penjernihan air. Setiap gram bahan tersebut dalam kondisi optimal (air bersih dengan pH 7, suhu 20“C dan salinitas 0 ppt) mampu menyerap 9 mg NH³. Namun kondisi optimal seperti yang telah disebutkan tidak mungkin dijumpai dalam kolam. Selain itu Na+ dari air kolam atau tambak akan lebih dahulu diserap butiran zeolite sehingga NH3 tidak akan lagi dapat diserap.
3.Kesadahan.
Kesadahan atau kekerasan (hardness) air berbeda dengan keasaman air, sekalipun keduanya erat kaitannya. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah. Air asam biasanya menunjukkan reaksi lunak, sedangkan air sadah biasanya keras.
3.Kesadahan.
Kesadahan atau kekerasan (hardness) air berbeda dengan keasaman air, sekalipun keduanya erat kaitannya. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah. Air asam biasanya menunjukkan reaksi lunak, sedangkan air sadah biasanya keras.
Oleh karena itu, kesadahan air sering disebut kekerasan air (hardness),
Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk lon maupun ikatan molekul. Elemen terbesar (major elemen) yang terkandung dalam air adalah kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), natrium (Na+) dan kalium (K+). Ion-ion tersebut dapat berikatan dengan C03, HCO³. SO⁴, Cl-, NO³; dan P0⁴. Kadar mineral tersebut dalam tanah sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanahnya. Kandungan mineral inilah yang menentukan parameter keasaman dan kekerasan air.
Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk lon maupun ikatan molekul. Elemen terbesar (major elemen) yang terkandung dalam air adalah kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), natrium (Na+) dan kalium (K+). Ion-ion tersebut dapat berikatan dengan C03, HCO³. SO⁴, Cl-, NO³; dan P0⁴. Kadar mineral tersebut dalam tanah sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanahnya. Kandungan mineral inilah yang menentukan parameter keasaman dan kekerasan air.
Tidak seperti keasaman air yang mudah diukur, untuk mengukur kesadahan (kekerasan) air masih sulit. Standar yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya kesadahan air inipun untuk tiap-tlap negara berbeda. Tidak seperti pH yang menggunakan angka 1-14 yang merupakan ukuran baku di seluruh negara, maka standar kesadahan dan kategorinya masih beragam. Beberapa derajat kesadahan yang ada yaitu derajat Clark yang dipakai di Inggris, derajat Amerika Serikat, derajat Jerman dan derajat Perancis.
Oleh banyak pustaka, derajat kekerasan menggunakan nilai standar yang dinyatakan oleh kadar Ca++ dan Mg++ dalam bentuk CaCO3 atau CaO dan MgO dengan satuan mg/ L air. Hanya kadar kalsim yang umum digunakan karena paling signifikan dan jumlahnya biasanya lebih banyak dibanding magnesium. Dari data diperoleh bahwa perbandingan kalsium dan magnesium adalah 10 : 3. Untuk satu derajat kekerasan setara dengan 1 mg CaCO3
per liter air.
Perhitungan derajat kekerasan ada berbagai cara sesuai asal negara dilakukannya.
Perhitungan derajat kekerasan ada berbagai cara sesuai asal negara dilakukannya.
Semua cara tersebut dapat digunakan.
Nama derajat | Asal | Kesetaraan kadar CaCo3(mg/L) |
Derajat hardness (°hardness) | USA | 1,0 |
Derajat Clark (°Clark) | Inggris | 14,3 |
Derajat dH (°dH) | Jerman | 17,9 |
Derajat fH (°fH) | Perancis | 20,0 |
Dari keempat cara perhitungan pada Tabel di atas, di Indonesia menggunakan cara Jerman yang populer dengan sebutan dGH (degrees of German total Hardness) atau biasa ditulis dengan nama derajat degrees Hardness (o dH). Dengan memperhatikan kadar CaCO3 akhirnya orang membuat istilah untuk menyatakan tingkat kekerasan suatu jenis air. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa istilah kekerasan air.
Beberapa literatur memberikan batasan lain yang mungkin lebih sederhana dalam memberikan istilah tingkat kekerasan. Sebagai contoh jenis air hanya dibagi dalam empat kategori, yaitu lunak, agak keras, keras dan amat keras sehingga kisaran kadar kalsiumnya lebih besar.
Nama derajat | Kadar CaCO3 (mg/L) | Kekerasan (0 dH) |
Soft (lunak) | 0-50 | 0-3 |
Moderately soft (agak lunak) | 50-100 | 3-6 |
Slightly hard (sedang) | 100-200 | 6-12 |
Moderately hard (agak keras) | 200-300 | 12-16 |
Hard (keras) | 300-450 | 16-25 |
Very hard (amat keras) | >450 | >25 |
Beberapa literatur memberikan batasan lain yang mungkin lebih sederhana dalam memberikan istilah tingkat kekerasan. Sebagai contoh jenis air hanya dibagi dalam empat kategori, yaitu lunak, agak keras, keras dan amat keras sehingga kisaran kadar kalsiumnya lebih besar.
jenis hewan budi daya dl dalam air membutuhkan kekerasan tertentu. Namun, kebanyakan senang berada di air lunak. Umumnya hewan air lebih mudah beradaptasl dari air yang slfatnya lunak ke keras dibanding keras ke lunak. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan hewan air lebih menyukai air dengan tingkat kesadahan/kekerasan 3-100dH.
4.karbondioksida.
Karbondioksida (CO²) merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesls. Mesklpun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehldupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi ikan budi daya.
Karbondioksida bersifat sebaliknya dari oksigen. Karbondioksida jauh lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan oksigen, sehingga sering "mengusir" dan menempati tempat oksigen dalam air. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan menghalangl proses diffusl oksigen. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen berkurang dan sebagai kompensaslnya ikan akan aktif sekali bernapas,. yang dapat dilihat darl gerakan air dl sekitar insang. Keaktifan bernapas ini memerlukan kalori dan mengurangi kesempatan untuk makan bagi lkan (nafsu makan lkan menurun bahkan hilang), dl samping selera makan sudah jauh berkurang. Karena gas karbondioksida dalam air diperlukan oleh tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis, sehingga sangat penting artinya bagi usaha budi daya ikan secara tradisional, sedangkan bagl usaha budidaya ikan intensif, seperti kolam air deras malah merugikan.
Kadar karbondioksida sebesar 5-15 ppm di dalam air masih dapat ditoleransi oleh ikan, asalkan kadar oksigennya cukup tinggi. Akan tetapi, kadar karbondioksida 50-100 ppm dapat mematikan ikan dalam waktu lama, sedangkan kadar karbondioksida 100-200 ppm bersifat akut. Lele masih mampu bertahan hidup pada air yang karbondioksidanya mencapai 100 ppm.
Karena karbondioksida berbanding terbalik dengan oksigen, maka apabila konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimum, pengaruh karbondioksida dapat diabaikan.
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Write komentar